A. ISLAM MENEKANKAN PENDIDIKAN
Sebagai
agama, Islam memiliki ajaran yang lebih sempurna dan komprehensif.
Sebagai agama yang sempurna, Islam dipersiapkan untuk menjadi pedoman
hidup sepanjang zaman. Islam tidak hanya mengatur cara mendapatkan
kebahagiaan hidup di akhirat, ibadah dan penyerahan diri kepada Allah
saja. Melainkan juga mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat, termasuk di dalamnya mengatur masalah pendidikan.
Sumber
utama untuk mengatur kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah
al-Qur’an dan Sunnah. Sebagai sumber ajaran, al-Qur’an sebagaimana
telah dibuktikan oleh para peneliti ternyata menaruh perhatian yang
besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran. Demikian pula dengan
hadis, sebagai sumber ajaran Islam, diakui memberikan perhatian yang
amat besar terhadap masalah pendidikan.
Di dalam al-Qur’an dengan sangat jelas Allah Swt berjanji akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu dan beriman: Yarfa’illahulladzina amanu walladzina utul ’ilma darajat (QS.
QS. Al-Mujadilah [58]: : 11). Ayat ini menunjukkan bahwa proses
memperoleh ilmu atau pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada
derajat yang tinggi. Di samping itu, ilmu yang dipandu dengan keimanan
inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada
Allah Swt. Ayat di atas adalah sebagian kecil dari contoh betapa agama
Islam sangat memandang ilmu sebagai alat yang penting dalam kehidupan.
Banyak sekali kata-kata atau perintah-perintah di dalam al-Qur’an yang
menunjukkan agar manusia ini berilmu, berpikir, merenung dan sebagainya.
Kalau
ditelisik lebih jauh, sebenarnya aktivitas pendidikan telah dan akan
terus berjalan semenjak manusia pertama ada di dunia sampai berakhirnya
kehidupan di muka bumi ini. Bahkan kalau ditarik mundur lebih jauh lagi,
kita akan dapatkan bahwa pendidikan telah mulai berproses semenjak
Allah swt. menciptakan manusia pertama Adam di surga dimana Allah telah
mengajarkan kepada beliau semua nama-nama yang oleh para malaikat belum
dikenal sama sekali (QS Al Baqarah: 31-33).
Tidak
hanya di dalam Al-Qur’an saja, hadis-hadis Nabi Muhammad Saw. pun
banyak berbicara tentang pentingnya ilmu. Nabi Muhammad Saw. telah
mencanangkan program pendidikan seumur hidup (long life education), sebagaimana hadis Uthlubul ’Ilma Minal Lahdi Ilal Mahdi (Carilah
ilmu sejak dari ayunan hingga liang kubur). Nabi Muhammad Saw.
mewajibkan bagi orang Islam, baik laki-laki maupun perempuan untuk
menuntut ilmu (Thalabul ’Ilmi Faridhatun ’ala kulli muslimin wa muslimatin).
Nabi Muhammad Saw. Juga pernah bersabda: ”Carilah ilmu sampai ke negeri Cina” (Uthlubul ’Ilma walau bissin).
Hadis ini merupakan indikasi nyata urgensi pendidikan. Ketika
Rasulullah menganjurkan untuk belajar sampai ke negeri Cina tentu bukan
harus belajar tafsir di sana, sebab bukan tempatnya. Begitu juga di Cina
bukan tempat untuk belajar shalat ataupun menunaikan zakat. Cina pada
zaman Nabi Muhammad SAW, 14 abad silam, adalah negara yang sudah maju
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, industri, dan perdagangan. Sehingga,
Rasulullah menyuruh umatnya untuk belajar teknologi, perdagangan, dan
industri sekalipun kepada orang yang berbeda keyakinan. Begitu
istimewanya pendidikan dalam Islam sampai diperbolehkan oleh Rasulullah
untuk iri kepada mereka.
Khasanah
Islam lainnya dalam sejarah para sahabat pun mengisahkan tentang
pentingnya ilmu. Ada suatu kisah dari Muadz bin Jabal Ra. Beliau
berkata: “Andaikata
orang yang berakal itu mempunyai dosa pada pagi dan sore hari sebanyak
bilangan pasir, maka akhirnya dia cenderung masih bisa selamat dari dosa
tersebut. Namun sebaliknya, andaikata orang bodoh itu mempunyai
kebaikan dan kebajikan pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir,
maka akhirnya ia cenderung tidak bisa mempertahankannya sekalipun hanya
seberat biji sawi.”
Ada yang bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Ia menjawab, “Sesungguhnya
jika orang berakal itu tergelincir, maka ia segera menyadarinya dengan
cara bertaubat, dan menggunakan akal yang dianugerahkan kepadanya.
Tetapi orang bodoh itu ibarat orang yang membangun dan langsung
merobohkannya karena kebodohannya ia terlalu mudah melakukan apa yang
bisa merusak amal salihnya.”
Orang
berakal tahu mana yang baik dan buruk. Bila ia melakukan kesalahan maka
ia akan langsung sadar dan segera memperbaiki. Sedangkan orang bodoh,
meskipun ia telah berbuat baik, namun bisa jadi ia akan melakukan
kesalahan yang fatal karena kebodohannya.
Kebodohan
adalah salah satu faktor yang menghalangi masuknya cahaya Islam. Oleh
karena itu, manusia butuh terapi agar menjadi makhluk yang mulia dan
dimuliakan oleh Allah Swt. Kemuliaan manusia terletak pada akal yang
dianugerahi Allah.
Akal
ini digunakan untuk mendidik dirinya sehingga memiliki ilmu untuk
mengenal penciptanya dan beribadah kepada-Nya dengan benar. Itulah
sebabnya Rasulullah Saw. menggunakan metode pendidikan untuk memperbaiki
manusia, karena dengan pendidikanlah manusia memiliki ilmu yang benar.
Dengan demikian, ia terhindar dari ketergelinciran pada maksiat,
kelemahan, kemiskinan dan terpecah belah.
Walhasil,
diakui dengan jelas bahwa pendidikan merupakan jembatan yang
menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju kemajuan, dan dari
kehinaan menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi merdeka. Dan
yang tak kalah penting adalah menjadikan manusia yang fana ini ’abadi’.
Orang yang memiliki ilmu, well-educated, well-versed dan
bermanfaat ilmunya, ia akan dikenal meski ia telah mati. Ia akan abadi
namanya, meski jasadnya sudah tiada. Pendidikanlah yang menjadikan ia
abadi. Pendidikan mengabadikan yang fana. Itulah ajaran agama. Sejarah
telah membuktikan hal itu.
Manusia
mendapat kehormatan menjadi khalifah di muka bumi untuk mengolah alam
beserta isinya. Hanya dengan ilmu dan iman sajalah tugas kekhalifahan
dapat ditunaikan menjadi keberkahan dan manfaat bagi alam dan seluruh
makhluk-Nya. Tanpa iman akal akan berjalan sendirian sehingga akan
muncul kerusakan di muka bumi dan itu akan membahayakan manusia.
Demikian pula sebaliknya iman tanpa didasari dengan ilmu akan mudah
terpedaya dan tidak mengerti bagaimana mengolahnya menjadi keberkahan
dan manfaat bagi alam dan seisinya.
B. PENTINGNYA PENDIDIKAN
Sejak
lahir, tanpa disadari, kita sudah menerima pendidikan dari orang tua
tentang banyak hal. Orang tua merupakan guru pertama kali bagi kita
untuk bertanya hal-hal kecil hingga yang besar. Seiring berjalannya
waktu, definisi pendidikan pun meluas. Kita tidak hanya mengenal dalam
lingkungan keluarga, namun mencapai lingkungan masyarakat. Bahkan,
lingkungan negara. Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan manusia. Pendidikan memegang unsur penting untuk
membentuk pola pikir, akhlak, dan perilaku manusia agar sesuai dengan
norma-norma yang ada, seperti norma agama, adat, budaya, dan lain-lain.
Menurut
Frederick J.Mc Donald dan M.J. Langeveld, pendidikan adalah suatu
proses atau kegiatan yang diarahkan untuk mengubah kebiasaan (behavior)
manusia. Menurut John Dewey, pendidikan merupakan salah satu proses
pembaharuan makna pengalaman. Hal ini mungkin akan terjadi di dalam
pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda. Bahkan,
mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk menghasilkan
kesinambungan sosial. Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan
dari orang yang belum dewasa dan kelompok tempat dia hidup.
C. PENDIDIKAN, KEBODOHAN DAN KEMISKINAN
Pendidikan
adalah kewajiban pertama seorang Muslim, baik laki-laki maupun
perempuan. Pengetahuan Tuhan diasosiasikan dengan proses belajar dan
mengajar, melalui firman-Nya ’Iqra bismirabbikalladzi Khalaq
[QS. Al-`Alaq (96): 1-5]. Dari ayat tersebut, ada satu hal yang menarik
yakni bahwa salah satu cara yang paling efektif dalam proses belajar
dan pendidikan adalah membaca (iqra’). Dengan banyak membaca, kita akan banyak pengetahuan.
Oleh: Prof. Dr. Ahmad Rodoni
(Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
0 komentar:
Posting Komentar